Sibuk dengan urusan
financial, membuat si kecil terbiasa konsumsi makanan serba instan. Bukan saja
faktor keterbatasan waktu, faktor memilih – milih makanan yang enak di lidah
tapi nutrisi sedikit juga menjadi pilihan si kecil. Masalah financial memang
ringan bila dipikul oleh dua orang, namun bukan berarti membiasakan si kecil
dengan makanan serba instan. Kita sadar bahwa makanan – makanan seperti snack,
nugget, mie instan tidak baik bila dikonsumsi secara berkala. Saya belum
menjadi seorang ibu, saya adalah si kecil yang kini tumbuh menjadi seorang
wanita dewasa dengan tubuh yang masih bisa dibilang mirip anak sekolah. Ya, si
kecil ini telah berkepala dua :p
Saya tidak bisa
menyalahkan orang tua saya yang sudah memberikan makanan serba instan namun
dengan pengetahuan dan pengalaman yang saya punya dapat menjadikan bekal untuk
anak saya kelak.
Bagaimana mengetahui berat badan yg Ideal?
Untuk menjawab soal
ini, kita perlu informasi mengenai BB (Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan). Usia
saya kini 23 tahun, dengan BB hanya 41 kg dan TB 155 cm. Berat badan saya tidak
ideal. Ini saya buktikan dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) atau dalam
bahasa inggris disingkat dengan BMI (Body Mass Index). Menurut Depdiknas, 2004
rumus untuk menghitung IMT adalah:
Setelah
diolah dan didapatkan hasilnya cocokan dengan kriteria berikut.
IMT < 17 : BB kurang tingkat berat
17 – 18,4 : BB
kurang tingkat ringan
18,5 – 25 : BB normal
25,1 – 27 : BB lebih tingkat ringan (gemuk)
> 27 : BB lebih tingkat berat (obese)
Hasil dari IMT tubuh saya hanya sekitar 17.06 dan
hanya berada pada kategori BB kurang tingkat rendah. Jika belum paham dengan
perhitungannya silahkan download aplikasi IMT untuk android atau IOS supaya
lebih mudah mengerti dalam menghitung seberapa idealkah tubuh kita.
Dengan usia sekarang,
saya sadar bahwa gizi seimbang itu penting. Apalagi saat usia balita. Menurut
saya, sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seorang anak
balita. Saya akan jabarkan secara ringkasnya dibawah ini. Simak sampai akhir
ya
- Faktor penerimaan makanan
Seorang anak pasti memiliki memory yang baik terhadap suatu hal, begitupun makanan. Anak jangan diberikan makanan yang hanya kenyang di perut tapi tidak menyehatkan. Missal, makanan dengan jumlah karbohidrat yang berlebih yaitu mie. Junkfood dan sebagainya. Dengan pemberian makanan seperti ini anak pasti akan mengingatnya dan menginginkannya suatu saat. Di sinilah pentingnya peran seorang ibu untuk memakai jurus tawar menawar dengan si kecil. Perkenalkan si kecil dengan sayuran yang kaya vitamin. Rayu dirinya dengan bercerita kalau sayur dapat membuat dirinya lebih sehat. - Pengetahuan orang tua
Sebagai orang tua, tentunya harus banyak membaca referensi makanan yang baik untuk kesehatan. Saya bukan melarang, sesekali boleh tapi tentunya harus tetap dibarengi dengan makanan yang berserat. Banyak orang tua yang memiliki financial baik tapi pengetahuannya tentang kesehatannya kurang. Orang tua harusnya menuntun si kecil untuk membiasakan dirinya makan makanan sehat. Jika si kecil belum menyukai sayur sang ibu mungkin bisa memodifikasi kesukaan anak dengan menyisipkan sayuran. Misalnya si kecil sangat menyukai telur dadar, sang ibu bisa mengolah sumber protein ini menjadi menu yang lain. Oseng-oseng telur dengan wortel yang diiris kecil misalnya. - Interaksi
Banyak orang tua yang tidak terlalu menanggapi kesukaan anak yang tidak baik. seperti yang dibahas dalam poin pertama di atas. Kadang mereka memiliki prinsip “yang penting dimakan” padahal persepsi seperti ini salah. Anak mungkin belum paham tentang pentingnya kesehatan tetapi sebagai orang tua, komunikasi secara lembut dengan si kecil bisa membujuk anak untuk makan sayur. - Rewards
Terkadang ada rasa jenuh menuntun anak untuk makan sayur. Memberikan rewards bukan hal yang buruk, tetapi bukan berarti orang tua membiasakan dirinya memberikan hadiah secara terus menerus ya. - Iklan Televisi
Dunia televisi memang banyak memberikan dampak pada anak. Mungkin disini orang tua yang harus membatasi jam anak untuk menonton TV. Bukan melarang lho ya tapi membatasi. Apalagi sekarang banyak produk makanan ringan yang berlomba – lomba mempromosikan produknya secara kreatif.
Melek teknologi barengi pula melek gizi
Bersamaan dengan
momentum Hari Gizi Nasional, Sarihusada menyelenggarakan acara Karnaval
Gizi. Program ini sukses membuat masyarakat melek gizi termasuk saya. Saya
sebenernya bukan orang yang detail yang secara berlebihan harus memenuhi kalori
yang saya butuhkan. Mengapa? Karena alasannya “yang penting saya makan buah dan
sayur” tanpa sibuk memikirkan asupan yang cukup untuk tubuh saya. Hehe :p
Seperti yang telah
saya jelaskan di atas tentang kondisi fisik saya, saya jadi berpikir bahwa
tujuan makan saya adalah mengisi kekosongan perut alias kenyang. Tapi seiring
dengan ilmu gizi yang saya dapat di bangku perkuliahan membuat kebutuhan gizi
sangat penting, apalagi untuk wanita pada kondisi tertentu. Ibu hamil dan ibu
menyusui misalnya. Untuk memenuhi kebutuhan dirinya saja kurang apalagi
ditambah untuk si kecil? Jelas kurang banget. Lalu bagaimana solosi makan
kenyang dengan tetap memperhatikan jumlah kecukupan kalori yang diperlukan
tubuh?
Tenang, gak perlu
menghitung secara manual. Dengan berkembangnya teknologi saat ini, banyak
berkembang aplikasi untuk menghitung kalori. Salah satunya yaitu Calories
Counter. Aplikasi ini bisa dengan mudah di download oleh pengguna android. Jadi
kita sebagai pengguna bisa memenuhi kebutuhan kalori per harinya. Penasaran kayak apa
aplikasinya? Nih, saya kasih bocoran tentang aplikasi ini. Tapi mohon jangan
dibuat bahan lelucon ya, soalnya saya kurus hehe :p
Menghitung Kebutuhan Kalori dengan Calories Counter |
Cara penggunaan aplikasi ini sangat mudah, pengguna hanya perlu memasukkan umur, gender, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas. Bisa dilihat, kalori
per hari yang saya butuhkan adalah sebesar 1436. Dengan aplikasi ini, saya
terbantu untuk memenuhi kebutuhan gizi saya. Inilah alasannya para perancang
software dan saintis di bidang pangan saling bekerja sama membuat software ini.
Ayo melek gizi jangan hanya teknologi
Acara karnaval gizi
yang digelar di bilangan monas ini sangat mengedukasi. Sosialisasi gizi seperti
ini penting di gelar bukan hanya dari komunitas bidang kesehatan saja tapi
semua kalangan yang peduli dengan kesehatan gizi. Melihat saat ini perkembangan
bidang teknologi jauh lebih maju dan banyak informasi tentang teknologi yang
terupdate daripada info seputar kesehatan. Orang lebih memilih membeli pulsa ketimbang
buah. Orang lebih memilih mengkonsumsi bubur yang instan dari pada nasi putih. Kebiasaan
buruk ini yang lama-lama akan tertanam rutin dilakukan. Padahal kesehatan jauh
lebih mahal bukan? Kebutuhan gizi saja harus seimbang, maka harus pula
teknologi itu diimbangi atau dimanfaatkan untuk aplikasi-aplikasi bidang lain.
Aplikasi kebutuhan gizi misalnya seperti yang saya jabarkan di atas. Tentunya kita
tidak ingin terkena obesitas atau gizi buruk bukan? Maka dari melek teknologi
harus dibarengi pula dengan melek gizi.
Kampanye kesehatan lewat Karnaval Gizi
Sarihusada sukses
menggaet masyarakat dengan kampanye ayo melek gizi. Terlihat antusiasme warga Jakarta
yang hadir dan ikut menyemarakkan acara ini. Bukan hanya ada konsultasi gratis,
tapi kegiatan demo mengolah makanan yang benar juga di gelar pada acara ini
mengundang sorot antusiasme masyarakat.
antusiasme masyarakat di Karnaval Gizi |
demo masak oleh Chef Muto |
Semarak mengenai
kesehatan gizi ini sebaiknya jangan hanya digelar saat ada momentum yang pas
saja, tetapi kita yang peduli dengan kesehatan gizi bisa menyemarakkan
kepedulian kita lewat teknologi.
Menurut data Riskesdas, 17.9% masyarakat di Indonesia
berstatus penderita gizi kurang dan gizi buruk (menurun dari 31.0% pada tahun
1990) namun di saat yang sama, 14.0% balita di Indonesia berstatus obesitas /
gizi lebih (meningkat dari tahun 2007 yang sebesar 12.2%). Bukan hanya
balita, 26.9% dari perempuan dewasa dan 16.3% laki-laki dewasa berstatus gizi
lebih / obesitas enyataan ini menunjukan bahwa tantangan yang dihadapi
oleh negara Indonesia saat ini tidak lebih mudah dibandingkan di masa lampau.
Saat ini, Indonesia berada dalam keadaan yang sangat berlawanan yaitu gizi
buruk yang meski angka statistiknya menurun namun tetap menjadi suatu kondisi
yang mengkhawatirkan dan obesitas yang secara statistik mulai menunjukan
peningkatan setiap tahunnya.
Kondisi ini tentunya memprihatinkan sekali
melihat kondisi Sumber Daya Alam di Indonesia melimpah yang berarti Indonesia
memiliki kekayaan alam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Berbekal pengetahuan yang ada mari sama-sama
memperbaiki keadaan gizi di mulai dari dalam diri.
Tentunya
kita berharap masalah-masalah tentang kesehatan gizi itu mampu terhindari. Makanya sebagai wanita harus cerdas mengatur menu-menu makanan yang mampu
memenuhi kebutuhan gizi tetapi tetap bervariasi supaya tidak membosankan.
Demikian tulisan ini saya buat dengan opini pribadi dan diikutsertakan untuk Lomba Blog Karnaval Ayo Melek Gizi bersama Sarihusada
untuk informasi penulisan Lomba #KarnavalGizi silahkan kunjungi
Twitter @Nutrisi_Bangsa
Referensi:
http://www.tanyadok.com/anak/laporan-gizi-di-awal-tahun-2014-kurus-vs-obesitas
http://nutrisiuntukbangsa.org/karnaval-ayo-melek-gizi-sarihusada/